Senin, 06 September 2021

Filipina dulu negara maju, mengapa saat ini Indonesia lebih maju dalam hampir semua aspek dibanding Filipina?

Korupsi.

Anda boleh cek, tak ada satupun negara yang maju dengan korupsi yang tinggi. Dan Ferdinand Marcos menjadi contoh paling jelas bagaimana korupsi itu menghancurkan sebuah negara., menghancurkan Filipina. Dari salah satu negara paling makmur di Asia, dengan ibu kota Manila secantik foto pada 1960an ini, menjadi negara loyo.



Korupsi di sana bukan cuma menyuap agar proyek lancar seperti di Indonesia, tapi jauh lebih dahsyat. Mereka pinjam uang dari luar negeri untuk bikin proyek, tapi sebagian duitnya mengalir ke kantong pemimpin.

Bank sentral pinjami uang ke perusahaan-perusahaan terkait Marcos atau kroninya, sampai-sampai kemudian bank sentral mereka bangkrut.

Saat Marcos terpilih sebagai presiden pada 1965, ekonomi Filipina sedang tumbuh sehat. Selama 15 tahun sebelum Marcos terpilih, ekonomi negara itu tumbuh paling tinggi di Asia Tenggara. Singapura juga kalah.

Nah, setelah terpilih untuk kedua kalinya pada 1969, Marcos mulai aneh-aneh. Dengan alasan ada pemberontak Komunis, pada 1972 ia memberlakukan UU Darurat Sipil. UU ini bikin Marcos memerintah tanpa batas waktu, tak perlu pensiun saat masa jabatan kedua berakhir.

Pemberontak Komunis memang ada, Marcos benar, tapi cuma berkekuatan sekitar 800 orang. Tidak cukup besar untuk pakai UU ini.

Saat itu Indonesia juga memiliki pemimpin yang korup, tapi tidak separah Filipina.

Ringkasannya, baik pemerintahan Suharto maupun Marcos, awal posisi penguasa sebenarnya hampir sama: mereka dikelilingi teknokrat yang pintar-pintar tapi juga didekati kroni yang menguasai ekonomi.

Di awal Marcos, ia merekrut ahli seperti Alejandro Melchor, Vicente Paterno, dan Cesar Virata. Tapi berbeda dengan Suharto yang tetap mendengatkan apa kata ekonom sampai akhir kekuasaan—biarpun kroni juga kuat, Marcos memecat Melchor, Paterno tidak tahan, sedang Virata pindah ke Washington.

Akhirnya para kroni di Filipina yang "menang mutlak" atas para ahli ekonomi. Ekonominya disalip Indonesia, yang pada 1960an sangat buruk.

Daftar kroni yang memegang monopoli di Filipina sangat panjang. Ada Edward Conjuango (penguasa kopra), Antonio Floriendo (pisang), Herminio Disini (tembakau), Jose Campos (farmasi) sampai Roberto Benedicto (gula).

Kroni-kroni ini mendapat berbagai hak seperti monopoli sampai lahan. Malah ada cukai kelapa, yang maksudnya untuk memperbaiki kehidupan petani. Tapi malah duitnya masuk ke kantong penguasa.

Kroni berkuasa sampai akhirnya bank sentral Filipina ikut bangkrut.

Oya, bagaimana Marcos bisa begitu korup?

Gampang: ia memulai dengan mematikan demokrasi.

Jadi, kalau koruptor merajalela, apalagi menyentuh lembaga-lembaga pemerintahan, ya siap-siap saja negaranya bakal melempem.


Catatan Kaki

0 comments:

Posting Komentar