BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan salah satu Kerajaan Melayu
Islam yang pernah berdiri di Indonesia tepatnya berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan
ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, Pewaris Tahta Kerajaan Johor yang mengasingkan diri ke Pagaruyung. Raja Kecil berdasarkan
Hikayat Siak, merupakan Putra Sultan Mahmud Syah, Raja Kerajaan Johor yang
dibunuh. Pada awal perkembanganya, Kesultanan Siak merupakan kerajaan
bahari yang kuat dan menjadi salah satu kerajaanyang tungkan di pesisir timur
Sumatera dan Semenanjung Malaya di bawah jajahan.Bahkan pengaruh kerajaan ini sampai ke Kalimantan Barat, dan juga menjadi pengendali jalur perairan Sumatera dan Kalimantan. Dinamika kesultanan ini tidak terlepas juga dari persaingan atas perebutan kekuasaan jalur perdaganan di Selat Malaka. Pada akhir nya, bersama Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif, Kasim II mendeklarasi bergabung dengan NKRI setelah Proklamasi Kemerdeaan Indonesia.
Kami
mengadakan perjalanan ini karena hal ini merupakan agenda yang diadakan dalam
rangka tugas mata kuliah Pancasila. Kami memilih Istana Siak Sri Indrapura
karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan biayanya sangat terjangkau.
Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan kami tentang kebudayaan
Indonesia dan memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Pancasila tersebut.
2.
Rumusan Masalah
a)
Jelaskanlah silsilah
kerajaan melayu Siak Sri Indrapura dalam perkembangan budaya melayu!
b)
Jelaskanlah Kontribusi
kerajaaan Siak Sri Indrapura dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik
Indonesia!
c)
Jelaskanlah esensi
dari fungsi benda sejarah peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura
d)
Jelaskanlah
langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam mempertahankan kebuyaan lokal
nasional dalam menghadapi arus globalisasi saat ini!
3.
Tujuan Perjalanan
Wisata
Tujuan kegiatan study tour dan laporan perjalanan
ini adalah:
a)
Menjelaskan silsilah
kerajaan melayu Siak Sri Indrapura dalam perkembangan budaya melayu
b)
Menjelaskan kontribusi kerajaan Siak Sri
Indrapura dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
c)
Menjelaskan esensi
dari fungsi benda sejarah peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
d)
Menjelaskan
langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam mempertahankan kebudayaan lokal
nasional dalam menghadapi arus globalisasi saat ini.
4.
Manfaat Perjalanan
Wisata
Manfaat Kegiatan study
Tour dan laporan perjalanan ini adalah:
a)
Menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan.
b)
Mengenalkan mahasiswa
dengan Istana SIak Sri Indrapura
c)
Memberi pengalaman.
d)
Untuk melihat keindahan
karya Allah SWT.
e)
Mempererat tali
persaudaraan antar mahasiswa/I Hubungan Internasional
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
1.
Waktu dan Tempat
Kegiatan
Waktu
: Sabtu, 18 November 2017
Tempat
: Kerajaan Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak, Riau, Indonesia
2.
Peserta Kegiatan
Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh mahasiswa/i jurusan Hubungan Internasional 2017 bersama
dosen pembimbingnya.
https://c.lazada.co.id/t/c.0yDGv5
3.
Biaya Perjalanan
Wisata / Study Tour
Biaya dalam melakukan perjalanan wisata study tour
ini sebesar Rp 200.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Transportasi :
Rp 150.000,- /orang
Makan siang dan snack :
Rp 47.000,- /orang
Ticket masuk :
Rp 3000,- /orang
Sumber dana kegiatan ini sepenuhnya berasal dari iuran
setiap anggota.
5.
Perjalanan dan Hasil
Kegiatan.
Tepat
pada pukul 08.00 WIB kami berkumpul di depan FISIP UNRI. Sebelum kami
berangkat, Lalu setelah berkumpul berbondong-bondong menuju tempat tujuan. Kami
pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan bus pariwisata. Saat diperjalanan,
kami sembari merekam perjalanan yang kami lakukan dan juga kami bernyanyi
bersama selama di perjalanan. Kami sangat menikmati perjalanan kami, karena
disepanjang perjalanan kami dapat melihat pemandangan yang indah.
Akhirnya tanpa terasa menikmati perjalan
kami yang sekitar 2 jam-an sampai di tempat tujuan yaitu Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada saat kami sampai
di tempat tujuan kami langsung turun dari bus dan langsung pergi makan siang
yang telah disiapkan dosen pembimbing kami. Setelah makan, Kami pun membayar
harga tiket masuk sebesar Rp.3.000 per orang. Kami pun membayar tiket masuk itu
lalu masuk mengelilingi dan melihat Kerajaan Siak Sri Indrapura dan tidak lupa
juga kami melakukan wawancara kepada salah satu penjaga kerajaan tersebut.
Kabupaten Siak, Provinsi Riau Merupakan Kabupaten yang
baru berdiri pada 1999. Sebelumnya, Siak merupakan salah satu kecamatan di
bawah naungan Kabupaten Bengkalis. Namun melihat potensi kekayaan alam dan luas
lahan, akhirnya daerah ini memekarkan diri sesuai semangat otonomi daerah.
Namun tidak disangka, kawasan ini ternyata
menyimpan sejarah menarik lantaran dulunya menjadi pusat Kesultanan Siak Sri
Indrapura pada 1723 hingga 1945. Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan
Republik Indonesia (RI), Kesultanan Siak Sri Indrapura kemudian mengakui
lahirnya sebuah negara baru.
Sultan Syarif Kasim II (1893-1968), selaku
raja terakhir, secara ikhlas menyerahkan seluruh wilayah kedaulatannya. Kekuasaan
Kesultanan Siak Sri Indrapura termasuk sangat luas. Wilayahnya mencakup pesisir
timur Sumatra, pesisir barat Kalimantan, Semenanjung Malaka, dan di daratan
hingga ke Deli Serdang, Sumatra Utara.
Di dalam buku Siak Sri Indrapura, Kesultanan Siak Sri Indrapura pernah diduduki
oleh 12 sultan, yaitu
1.
Raja kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah
I (1725-1746). Raja kecil adalah pendiri kesultanan Siak Sri Indrapura setelah
sebelumnya merebut Kesultanan Johor pada 1717
2.
Tengku
Buan Asmara bergelar Sultan Muhammad Abdul Jalil Jalaludin Muzafar Syah
(1746-1765). Pada masa pemerintahan nama Siak Sri Indrapura resmi digunakan.
3.
Tengku
Ismail bergelar Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaludin Syah (1765-1767). Beliau
juga dikenal dnegann sebutan “Sultan Kudung” karena tangannya kudung dalam
peperangan melawan Belanda 1766.
4.
Tengku
Alamuddin bergelar Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780).
5.
Tengku
Muhammad Ali Panglima Besar bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam
Syah (178-1782). Pada masa pemerintahannya Pekanbaru berkembang menjadi pusat
perdagangan.
6.
Tengku
Sulung/Yahya bergelar Sultan Yahya Abdul Jalil Muazaffar Syah(1782-1784).
7.
Tengku
Said Ali bergerlar Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi
(1784-1810). Beliau adalah putra dari tengku Embung Badariah dan Said Syarif
Usman, seorang bangsawan Arab, sehingga beliau merupakan Sultan Siak pertama
berdarah Arab.pada masa pemerinthaanya siak memiliki 12 daerah jajahan,
diantaranya: Kotapinang Pangawan, Batubara Berdagai, Kualuh, Panai, Bilah,
Asahan, Deli Sedang, Langkat, dan Temiang.
8.
Tengku
Said Ibrahim bergelar Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin
(1810-1815)
9.
Tengku
Said Ismail bergelar Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin
(1815-1854). Pada masa pemerinthaanya Traktat Siak ditandatanganipada 1
Februari 1858.
10.
Tengku
(Panglima Besar) Said Kasim 1 bergelar Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul
Jalil Syaifuddin I ( 1864-1889). Beliau berhasil mendirikan Masjid Syahbuddin,
Qubbah Kasyimiah, membuat mahkota kesultanan, memulai modernisasi pendidikan,
pemeritahan, dan ekonomi.
11.
Tengku
Putrea (Ngah) Said Hasyim bergelar Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin (1889-1908). Beliau merumuskan moderinisasi dalam pendidikan,
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkaya kesultanan dengan eksport
hasil bumi Siak. Belia juga membangun Balai Keraatan Tinggi (Balai rung Sari)
dna Istana Asserayah Hasyimiah yang diisi dengan perlengkapan eropa (diantara
tempat cerutu yang terbuat dari perak, temoat gula khusus dipesan dari Limoges,
Perancis, dan alat music Gramafon dan Komet buatan Jerman)., membangun
percetakan, dan menyusun Al Qawa’id atau
Babul Qawa’id (konstitusi tertulus
kesultanan Siak Sri Indrapura). Babul
Qawa’id diartikan sebagai “Pintu Segala Pegangan” (Norma Dewi et.al,
1999/2000:13).
12.
Tengku
(Putera) Said Kasim II bergelar Sultan Assyaidis Syarif Sani Abdul Jalil
Syarifuddin (1908-1946). Sultan Kasim II adalah sultan terkahir Kesultanan Siak
Sri Indrapura. Pada 25 April 1968 beliau ditetapkan sebagai Warga Utama Daerah
Riau, dan pada 6 November beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Republik
Indonesia.
Kesultanan Siak terakhir, Sultan Sarif
Kasim II, selain memberi hak penguasaan tanah, semua harta kekayaan dan
properti yang dimilikinya diberikan untuk perjuangan kemerdekaan RI. Termasuk
kompleks Istana Asherayah Al-Hasyimiyah juga dihibahkan sebagai bentuk dukungan
atas kemerdekaan Indonesia. Istana Asherayah Al-Hasyimiyah letaknya di jantung
kota, tepat di depan Alun-Alun Kabupaten Siak.
Tidak hanya itu, uang kas kesultanan
sebesar 13 juta golden juga diberikan kepada dua proklamator Indonesia. Dengan
penghitungan kurs pada 2011, uang 13 juta golden itu setara dengan 69 juta euro
atau sekitar Rp 1,074 triliun. Adapun, salah satu bukti warisan tanah yang
diberikan kepada negara adalah lahan yang sekarang menjadi masuk Bandara
Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
“Seluruh kekayaannya dan 12 daerah tahta
Kesultanan diserahkan demi Republik untuk membela kemerdekaan. Beliau meninggal
dalam keadaan miskin di rumah peraduan,” ujar penjaga Istana Adi. Rumah
peraduan bentuknya sangat sederhana dan berada di sisi barat kompleks Istana.
Didalam Istana Siak sangat banyak benda
benda sejarah yang memiliki arti sendiri pada masanya. Salah satunya, didalam
istana kerajaan melayu ini terdapat barang antik yang hanya ada 2 di dunia.
Benda tersebut berbentuk alat musik semacam gramofon yang dinamakan 'komet'.
Konon alat musik yang dibawa oleh Sultan
Siak ke XI bernama Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil dari Jerman hanya
ada dua di dunia. Yakni berada di Jerman dan Siak.
Sumber musik yang digunakan yakni berupa
piringan yang terbuat dari besi yang berbentuk lingkaran. Tidak berbeda jauh
dengan gramofon, untuk memainkan alat musik yang dibawa ke Siak sejak 1896 ini
harus diputar secara manual terlebih dahulu.
Alunan musik instrumen klasik dari
komponis terkenal Ludwig van Beethoven, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Richard
Strauss dapat didengarkan dalam piringan dari baja tersebut. Untuk menghasilkan
suara yang indah dan merdu, piringan baja ini di lubangi sedemikian rupa,
sehingga saat bagian dari komet menyentuh lubang akan keluar nada-nada.
Di dalam alat musik tersebut tertulis
sebuah penjelasannya, yakni "Komet, senjenis musik gramopon piringnya
terbuat dari baja yang terdiri dari musik-musik instrumen klasik Jerman abad
VIII ciptaan komponis terkenal Beethoven, Mozart, dan Strauss dibawa oleh
Sultan Siak XI tahun 1896 dari lawatannya ke Eropa."
Diperkirakan piringan dari baja tersebut
beratnya mencapai 5 Kg, tinggi alat musik ini mencapai 3 meter dan lebar
sekitar 90 cm.
Istana Siak juga memiliki cermin yang
bernama Cermin Awet Muda. Cermin ini milik Permaisuri Tengku Agung yang
sekarang ada di ruang pertemuan istana. Cermin ini sebelumnya disimpan di rumah
pribadi sultan.
Cermin dari kristal itu pada zamannya
dipercaya membuat siapa pun yang bercermin akan awet muda.
konon
lemari ini tidak bisa dibuka sampai detik ini dengan cara apapun dan belum
pernah dicoba di bom dan dibakar sejak masa sultan Syarif Kasim II tahun 50an. Lemari
besi yang tidak bisa dibuka ini, tersimpan secara terbuka di bagian belakang
istana berwarna hitam dengan ukuran 1x2x1 meter. tampak biasa saja. Dan berbobot sekitar 300
kilogram. Menurut sejarah, Kepala rumah tangga istana bernama Wak Molan (1889-1945)
adalah orang kepercayaan Sultan Syarif Kasim II dan yang memegang kunci
brankas. Sepanjang hidup, Wak Molan tak pernah menceritakan kepada siapa pun,
termasuk istri dan anak-anak, tentang apa isi brankas.
Ketika Wak
Molan wafat, sultan mengambil kunci itu lalu membuangnya ke Sungai Siak,
seperti yang Anda tahu Sungai Siak adalah sungai terdalam di Tanah Air menurut
Ilmu Geografi kita dulu sampai 30 Meter dalamnya, mungkin sekarang sudah
mendangkal. Sultan membuang kunci itu tanpa alasan yang jelas, setelah itu,
sultan pergi ke Jakarta, karena Sultan Syarif Pada Saat itu diangkat sebagai
penasehat Presiden Sukarno pada tahun 1945-1950.
Meriam ini digunakan saat
perang melawan penjajahan dan dibunyikan juga pada saat acara-acara upacara
resmi, meriam tersebut dulunya digunakan dalam pertahanan kerajaan dan
diletakkan di tepi sungai. Hanya ada satu suku yang dapat digunakan yakni suku
bintan suku lain tidak bisa, karena yang disumpah oleh raja hanya satu panglima
bintan, begitu penjelasan yang disampaikan pak Adi.
Setelah kami meneliti dan
melakukan berbagai kegiatan di Siak Sri Indrapura, kami bersiap-siap untuk
pulang
Sebelum
melakukan perjalanan pulang kami menjalankan sholat Ashar di Masjid raya
syahabuddin.
Masjid Syahabuddin merupakan masjid
tertua di kota Siak Sri Indrapura, ibukota kabupaten Siak di Provinsi Riau,
masjid ini merupakan warisan dari Kesultanan Siak yang dibangun semasa
kekuasaan Sultan Siak ke-12, Sultan Syarif Kasim II. Sehingga masjid ini sering
dikenal masyarakat dengan sebutan Masjid Sultan Siak. Pasa masa kejayaan
kesultanan Siak Sri Indrapura Masjid ini menjadi salah satu pusat pengkajian
Islam terbesar di Asia Tenggara.
Seiring dengan
kian pesatnya perkembangan
teknologi informasi dan
komunikasi, arus globalisasi juga
semakin menyebar ke
segenap penjuru dunia.
Penyebarannya berlangsung secara
cepat dan meluas, tak terbatas
pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi
batas negara-negara berkembang dan
miskin dengan pertumbuhan
ekonomi rendah. Begitu juga dalam
hal kebudayaan, kebudayaan asing mulai meramba maupun menggeser kebuyaaan lokal
yang begitu kental dengan ciri khas bangsa Indonesia di setiap daerahnya
seperti budaya melayu yang terdapat di Kabuten Siak yang telah kami kunjungi.
Karena itu, di era kontemporer sekarang ini, tantangan terbesar yang dihadapi budaya lokal
adalah mempertahankan eksistensinya di
tengah arus globalisasi. Disinilah diperlukan
Strategi-strategi yang jitu
dalam menguatkan daya tahan budaya lokal perlu dirumuskan.
Budaya
lokal perlu memperkuat
daya tahannya dalam menghadapi
globalisasi budaya asing. Ketidakberdayaan dalam
menghadapinya sama saja
dengan membiarkan pelenyapan
atas sumber identitas lokal yang
diawali dengan krisis identitas lokal. Memang, globalisasi harus disikapi
dengan bijaksana sebagai hasil positif dari modenisasi yang mendorong
masyarakat pada kemajuan. Namun, para pelaku budaya lokal tidak boleh lengah
dan terlena karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh
negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi
bukanlah pilihan tepat,
karena itu berarti
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena
itu, yang dibutuhkan adalah strategi
untuk meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam menghadapinya.
Berikut ini adalah beberapa strategi yang mungkin bisa dijalankan.
Pertama,
pembangunan jati diri bangsa. Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa
Indonesia, termasuk di dalamnya mengapresiasi pada nilai budaya dan bahasa,
nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan rasa cinta terhadap bangsa
yang semakin memudar. Budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa
semakin sulit ditemukan, sementara
itu budaya global
semakin melekat pada masyarakat bangsa indonesia. Selama
ini yang terjaring
oleh masyarakat hanyalah gaya
hidup yang mengarah pada westernisasi, bukan pola hidup modern. Karena itu,
jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh
dan diinternalisasikan secara mendalam. Caranya, dengan menanamkan nilai-nilai
kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Pendidikan memegang peran
penting di sini sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah dasar.
Kedua,
pemahaman falsafah budaya bangsa. Sebagai
tindak lanjut pembangunan
jati diri bangsa
melalui revitalisasi budaya
daerah, pemahaman atas falsafah
budaya lokal harus
dilakukan. Langkah ini
harus dijalankan sesegera mungkin ke semua golongan dan semua
usia berkelanjutan dengan menggunakan bahasa-bahasa lokal dan nasional yang di
dalamnya mengandung nilai-nilai khas lokal yang memperkuat budaya nasional.
Karena itu, pembenahan
dalam pembelajaran bahasa
lokal dan bahasa
nasional mutlak dilakukan.
Langkah penting untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidik dan pemangku budaya
secara berkelanjutan. Pendidikan
yang berkompeten dan
pemangku budaya yang menjiwai nilai-nilai budayanya adalah
aset penting dalam proses pemahaman falsafah budaya. Pemangku budaya
tentunya juga harus
mengembangkan kesenian tradisional.
Penggalakan pentas-pentas
budaya di berbagai wilayah
mutlak dilakukan. Penjadwalan
rutin kajian budaya
dan sarasehan falsafah budaya juga tidak boleh dilupakan. Tetapi, semua
itu tidak akan menimbulkan efek meluas tanpa adanya penggalangan jejaring
antarpengembang kebudayaan di berbagai daerah. Jejaring itu juga
harus diperkuat oleh
peningkatan peran media
cetak, elektronik dan
visual dalam mempromosikan
budaya lokal. Dalam melakukan itu, semua pihak harus dilibatkan. Pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), kelompok masyarakat, pemerhati budaya,
akademisi, dan pengusaha harus menyinergikan diri untuk bekerja sama secara
konstruktif dalam pengembangan budaya. Mereka yang berjasa besar harus
diberikan apresiasi sebagai penghargaan atas dedikasinya.
Ketiga,
Penerbitan Peraturan Daerah. Budaya
lokal harus dilindungi
oleh hukum yang
mengikat semua elemen
masyarakat. Pada dasarnya, budaya
adalah sebuah karya. Di dalamnya ada ide, tradisi, nilai-nilai kultural, dan
perilaku yang memperkaya aset
kebangsaan. Tidak adanya
perlindungan hukum dikhawatirkan membuat budaya lokal mudah tercerabut dari
akarnya karena dianggap telah ketinggalan zaman. Karena itu,
peraturan daerah (perda)
harus diterbitkan. Peraturan
itu mengatur tentang pelestarian budaya yang harus dilakukan oleh semua pihak. Kebudayaan akan tetap lestari jika ada kepedulian tinggi
dari masyarakat. Selama
ini kepedulian itu belum tampak
secara nyata, padahal ancaman sudah kelihatan dengan
jelas.Berkaitan dengan itu, para pengambil keputusan memegang peran sangat
penting. Eksekutif dan legislatif harus
bekerja sama dalam merumuskan sebuah
perda yang menjamin kelestarian budaya. Dalam perda, perlu diatur hak paten
bagi karya-karya budaya leluhur agar tidak diklaim oleh negara lain. Selain
itu, masalah pendanaan juga harus
diperhatikan karena untuk
merawat sebuah budaya tentu membutuhkan anggaran meskipun
bukan yang terpenting. Anggaran itulah yang nantinya dimanfaatkan untuk
bisa memberi fasilitas
secara berkelanjutan bagi
program-program pelestarian budaya.
Dalam hal ini, pemerintah memegang peran paling besar. Untuk memperkuat daya
saing budaya, pemerintah perlu membangun pusat informasi gabungan untuk
pertunjukan seni, pendirian dan
pengelolaan promosi pertunjukan seni, pengembangan tenaga ahli
khusus untuk membesarkan
anak yang berbakat
seni, menggiatkan sumbangan
pengusaha di bidang seni,
penghargaan untuk pertunjukan
seni budaya, peningkatan
kegiatan promosi tentang produk budaya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
Dalam
penjelasan laporan ini dapat ditarik
beberapa kesimpulan tentang perjalanan study tour yakni :
a.
Mahasiswa/mahasiswi
mengetahui pentingnya sejarah, dimana kerajaan siak sangat berperan dalam
memerdekakan bangsa dan Negara ini.
b.
Menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan lokal setelah tahu bagaimana
sulitnya perjuangan memerdekakan
bangsa ini
c.
Dan dari perjalanan ini kami mendapatkan banyak
pelajaran sekaligus pengalaman, dimana kami dapat melakukan observasi secara
langsung terhadap benda-benda penting dalam sejarah, selain itu dengan adanya
perjalanan ini kami dapat menumbuhkan keakraban sesama mahasiswa angkatan 2017.
Bukan hanya sesama mahasiwa HI, kami juga dapat menumbuhkan keakraban terhadap
mahasiswa dari jurusan yang berbeda. Tentu itu sangat mengesankan bagi kami
selaku mahasiswa. Jadi kami tidak hanya mendapatkan ilmu kami juga mendapatkan pengalaman
yang sangat berharga.
2 2. Saran
Karya
wisata ini sangat baik untuk dilaksanakan karena memiliki manfaat yang cukup
banyak. Oleh karena itu, kegiatan ini sebaiknya terus diadakan dengan
mengunjungi tempat – tempat lain yang ada di Indonesia.
Penyusun dengan segala
keterbatasan menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus