Senin, 26 Februari 2018

, , , ,

Contoh Laporan/Makalah Perjalanan Wisata ke Siak Sri Indrapura

                                           
             
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan salah satu Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Indonesia tepatnya berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, Pewaris Tahta Kerajaan Johor yang mengasingkan diri ke Pagaruyung. Raja Kecil berdasarkan Hikayat Siak, merupakan Putra Sultan Mahmud Syah, Raja Kerajaan Johor yang dibunuh. Pada awal perkembanganya, Kesultanan Siak merupakan kerajaan bahari yang kuat dan menjadi salah satu kerajaanyang tungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di bawah jajahan.Bahkan pengaruh kerajaan ini sampai ke Kalimantan Barat, dan juga menjadi pengendali jalur perairan Sumatera dan Kalimantan. Dinamika kesultanan ini tidak terlepas juga dari persaingan atas perebutan kekuasaan jalur perdaganan di Selat Malaka. Pada akhir nya, bersama Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif, Kasim II mendeklarasi bergabung dengan NKRI setelah Proklamasi Kemerdeaan Indonesia.
Kami mengadakan perjalanan ini karena hal ini merupakan agenda yang diadakan dalam rangka tugas mata kuliah Pancasila. Kami memilih Istana Siak Sri Indrapura karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan biayanya sangat terjangkau.  Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan kami tentang kebudayaan Indonesia dan memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Pancasila tersebut.


2.      Rumusan Masalah
a)      Jelaskanlah silsilah kerajaan melayu Siak Sri Indrapura dalam perkembangan budaya melayu!
b)      Jelaskanlah Kontribusi kerajaaan Siak Sri Indrapura dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia!
c)      Jelaskanlah esensi dari fungsi benda sejarah peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura
d)     Jelaskanlah langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam mempertahankan kebuyaan lokal nasional dalam menghadapi arus globalisasi saat ini!
3.      Tujuan Perjalanan Wisata
Tujuan kegiatan study tour dan laporan perjalanan ini adalah:
a)      Menjelaskan silsilah kerajaan melayu Siak Sri Indrapura dalam perkembangan budaya melayu
b)       Menjelaskan kontribusi kerajaan Siak Sri Indrapura dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
c)      Menjelaskan esensi dari fungsi benda sejarah peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
d)     Menjelaskan langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam mempertahankan kebudayaan lokal nasional dalam menghadapi arus globalisasi saat ini.

4.      Manfaat Perjalanan Wisata
Manfaat Kegiatan study Tour dan laporan perjalanan ini adalah:
a)      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
b)      Mengenalkan mahasiswa dengan Istana SIak Sri Indrapura
c)      Memberi pengalaman.
d)     Untuk melihat keindahan karya Allah SWT.
e)      Mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa/I Hubungan Internasional


BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

1.      Waktu dan Tempat Kegiatan
      Waktu      : Sabtu, 18 November 2017
      Tempat    : Kerajaan Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak, Riau, Indonesia

2.      Peserta Kegiatan
      Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa/i jurusan Hubungan Internasional 2017 bersama dosen pembimbingnya.
https://c.lazada.co.id/t/c.0yDGv5
3.      Biaya Perjalanan Wisata / Study Tour
Biaya dalam melakukan perjalanan wisata study tour ini sebesar Rp 200.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Transportasi                             : Rp 150.000,- /orang
Makan siang dan snack           : Rp 47.000,- /orang
Ticket masuk                           : Rp 3000,- /orang
Sumber dana kegiatan ini sepenuhnya berasal dari iuran setiap anggota.

5.      Perjalanan dan Hasil Kegiatan.
      Tepat pada pukul 08.00 WIB kami berkumpul di depan FISIP UNRI. Sebelum kami berangkat, Lalu setelah berkumpul berbondong-bondong menuju tempat tujuan. Kami pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan bus pariwisata. Saat diperjalanan, kami sembari merekam perjalanan yang kami lakukan dan juga kami bernyanyi bersama selama di perjalanan. Kami sangat menikmati perjalanan kami, karena disepanjang perjalanan kami dapat melihat pemandangan yang indah.

      Akhirnya tanpa terasa menikmati perjalan kami yang sekitar 2 jam-an sampai di tempat tujuan yaitu Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada saat kami sampai di tempat tujuan kami langsung turun dari bus dan langsung pergi makan siang yang telah disiapkan dosen pembimbing kami. Setelah makan, Kami pun membayar harga tiket masuk sebesar Rp.3.000 per orang. Kami pun membayar tiket masuk itu lalu masuk mengelilingi dan melihat Kerajaan Siak Sri Indrapura dan tidak lupa juga kami melakukan wawancara kepada salah satu penjaga kerajaan tersebut.
      Kabupaten  Siak, Provinsi Riau Merupakan Kabupaten yang baru berdiri pada 1999. Sebelumnya, Siak merupakan salah satu kecamatan di bawah naungan Kabupaten Bengkalis. Namun melihat potensi kekayaan alam dan luas lahan, akhirnya daerah ini memekarkan diri sesuai semangat otonomi daerah.
      Namun tidak disangka, kawasan ini ternyata menyimpan sejarah menarik lantaran dulunya menjadi pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura pada 1723 hingga 1945. Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan Republik Indonesia (RI), Kesultanan Siak Sri Indrapura kemudian mengakui lahirnya sebuah negara baru.
      Sultan Syarif Kasim II (1893-1968), selaku raja terakhir, secara ikhlas menyerahkan seluruh wilayah kedaulatannya. Kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura termasuk sangat luas. Wilayahnya mencakup pesisir timur Sumatra, pesisir barat Kalimantan, Semenanjung Malaka, dan di daratan hingga ke Deli Serdang, Sumatra Utara.
      Di dalam buku Siak Sri Indrapura, Kesultanan Siak Sri Indrapura pernah diduduki oleh 12 sultan, yaitu

1.      Raja kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (1725-1746). Raja kecil adalah pendiri kesultanan Siak Sri Indrapura setelah sebelumnya merebut Kesultanan Johor pada 1717
2.      Tengku Buan Asmara bergelar Sultan Muhammad Abdul Jalil Jalaludin Muzafar Syah (1746-1765). Pada masa pemerintahan nama Siak Sri Indrapura resmi digunakan.
3.      Tengku Ismail bergelar Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaludin Syah (1765-1767). Beliau juga dikenal dnegann sebutan “Sultan Kudung” karena tangannya kudung dalam peperangan melawan Belanda 1766.
4.      Tengku Alamuddin bergelar Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780).
5.      Tengku Muhammad Ali Panglima Besar bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (178-1782). Pada masa pemerintahannya Pekanbaru berkembang menjadi pusat perdagangan.
6.      Tengku Sulung/Yahya bergelar Sultan Yahya Abdul Jalil Muazaffar Syah(1782-1784).
7.      Tengku Said Ali bergerlar Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810). Beliau adalah putra dari tengku Embung Badariah dan Said Syarif Usman, seorang bangsawan Arab, sehingga beliau merupakan Sultan Siak pertama berdarah Arab.pada masa pemerinthaanya siak memiliki 12 daerah jajahan, diantaranya: Kotapinang Pangawan, Batubara Berdagai, Kualuh, Panai, Bilah, Asahan, Deli Sedang, Langkat, dan Temiang.
8.      Tengku Said Ibrahim bergelar Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815)
9.      Tengku Said Ismail bergelar Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854). Pada masa pemerinthaanya Traktat Siak ditandatanganipada 1 Februari 1858.
10.  Tengku (Panglima Besar) Said Kasim 1 bergelar Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I ( 1864-1889). Beliau berhasil mendirikan Masjid Syahbuddin, Qubbah Kasyimiah, membuat mahkota kesultanan, memulai modernisasi pendidikan, pemeritahan, dan ekonomi.
11.  Tengku Putrea (Ngah) Said Hasyim bergelar Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908). Beliau merumuskan moderinisasi dalam pendidikan, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkaya kesultanan dengan eksport hasil bumi Siak. Belia juga membangun Balai Keraatan Tinggi (Balai rung Sari) dna Istana Asserayah Hasyimiah yang diisi dengan perlengkapan eropa (diantara tempat cerutu yang terbuat dari perak, temoat gula khusus dipesan dari Limoges, Perancis, dan alat music Gramafon dan Komet buatan Jerman)., membangun percetakan, dan menyusun Al Qawa’id atau Babul Qawa’id (konstitusi tertulus kesultanan Siak Sri Indrapura). Babul Qawa’id diartikan sebagai “Pintu Segala Pegangan” (Norma Dewi et.al, 1999/2000:13).
12.  Tengku (Putera) Said Kasim II bergelar Sultan Assyaidis Syarif Sani Abdul Jalil Syarifuddin (1908-1946). Sultan Kasim II adalah sultan terkahir Kesultanan Siak Sri Indrapura. Pada 25 April 1968 beliau ditetapkan sebagai Warga Utama Daerah Riau, dan pada 6 November beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

      Kesultanan Siak terakhir, Sultan Sarif Kasim II, selain memberi hak penguasaan tanah, semua harta kekayaan dan properti yang dimilikinya diberikan untuk perjuangan kemerdekaan RI. Termasuk kompleks Istana Asherayah Al-Hasyimiyah juga dihibahkan sebagai bentuk dukungan atas kemerdekaan Indonesia. Istana Asherayah Al-Hasyimiyah letaknya di jantung kota, tepat di depan Alun-Alun Kabupaten Siak.
      Tidak hanya itu, uang kas kesultanan sebesar 13 juta golden juga diberikan kepada dua proklamator Indonesia. Dengan penghitungan kurs pada 2011, uang 13 juta golden itu setara dengan 69 juta euro atau sekitar Rp 1,074 triliun. Adapun, salah satu bukti warisan tanah yang diberikan kepada negara adalah lahan yang sekarang menjadi masuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
      “Seluruh kekayaannya dan 12 daerah tahta Kesultanan diserahkan demi Republik untuk membela kemerdekaan. Beliau meninggal dalam keadaan miskin di rumah peraduan,” ujar penjaga Istana Adi. Rumah peraduan bentuknya sangat sederhana dan berada di sisi barat kompleks Istana.
      Didalam Istana Siak sangat banyak benda benda sejarah yang memiliki arti sendiri pada masanya. Salah satunya, didalam istana kerajaan melayu ini terdapat barang antik yang hanya ada 2 di dunia. Benda tersebut berbentuk alat musik semacam gramofon yang dinamakan 'komet'.

      Konon alat musik yang dibawa oleh Sultan Siak ke XI bernama Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil dari Jerman hanya ada dua di dunia. Yakni berada di Jerman dan Siak.
      Sumber musik yang digunakan yakni berupa piringan yang terbuat dari besi yang berbentuk lingkaran. Tidak berbeda jauh dengan gramofon, untuk memainkan alat musik yang dibawa ke Siak sejak 1896 ini harus diputar secara manual terlebih dahulu.
      Alunan musik instrumen klasik dari komponis terkenal Ludwig van Beethoven, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Richard Strauss dapat didengarkan dalam piringan dari baja tersebut. Untuk menghasilkan suara yang indah dan merdu, piringan baja ini di lubangi sedemikian rupa, sehingga saat bagian dari komet menyentuh lubang akan keluar nada-nada.
      Di dalam alat musik tersebut tertulis sebuah penjelasannya, yakni "Komet, senjenis musik gramopon piringnya terbuat dari baja yang terdiri dari musik-musik instrumen klasik Jerman abad VIII ciptaan komponis terkenal Beethoven, Mozart, dan Strauss dibawa oleh Sultan Siak XI tahun 1896 dari lawatannya ke Eropa."
      Diperkirakan piringan dari baja tersebut beratnya mencapai 5 Kg, tinggi alat musik ini mencapai 3 meter dan lebar sekitar 90 cm.
      Istana Siak juga memiliki cermin yang bernama Cermin Awet Muda. Cermin ini milik Permaisuri Tengku Agung yang sekarang ada di ruang pertemuan istana. Cermin ini sebelumnya disimpan di rumah pribadi sultan.
      Cermin dari kristal itu pada zamannya dipercaya membuat siapa pun yang bercermin akan awet muda.
      konon lemari ini tidak bisa dibuka sampai detik ini dengan cara apapun dan belum pernah dicoba di bom dan dibakar sejak masa sultan Syarif Kasim II tahun 50an. Lemari besi yang tidak bisa dibuka ini, tersimpan secara terbuka di bagian belakang istana berwarna hitam dengan ukuran 1x2x1 meter.  tampak biasa saja. Dan berbobot sekitar 300 kilogram. Menurut sejarah, Kepala rumah tangga istana bernama Wak Molan (1889-1945) adalah orang kepercayaan Sultan Syarif Kasim II dan yang memegang kunci brankas. Sepanjang hidup, Wak Molan tak pernah menceritakan kepada siapa pun, termasuk istri dan anak-anak, tentang apa isi brankas.
     Ketika Wak Molan wafat, sultan mengambil kunci itu lalu membuangnya ke Sungai Siak, seperti yang Anda tahu Sungai Siak adalah sungai terdalam di Tanah Air menurut Ilmu Geografi kita dulu sampai 30 Meter dalamnya, mungkin sekarang sudah mendangkal. Sultan membuang kunci itu tanpa alasan yang jelas, setelah itu, sultan pergi ke Jakarta, karena Sultan Syarif Pada Saat itu diangkat sebagai penasehat Presiden Sukarno pada tahun 1945-1950.
    Meriam ini digunakan saat perang melawan penjajahan dan dibunyikan juga pada saat acara-acara upacara resmi, meriam tersebut dulunya digunakan dalam pertahanan kerajaan dan diletakkan di tepi sungai. Hanya ada satu suku yang dapat digunakan yakni suku bintan suku lain tidak bisa, karena yang disumpah oleh raja hanya satu panglima bintan, begitu penjelasan yang disampaikan pak Adi.
     Setelah kami meneliti dan melakukan berbagai kegiatan di Siak Sri Indrapura, kami bersiap-siap untuk pulang
   Sebelum melakukan perjalanan pulang kami menjalankan sholat Ashar di Masjid raya syahabuddin.
     Masjid Syahabuddin merupakan masjid tertua di kota Siak Sri Indrapura, ibukota kabupaten Siak di Provinsi Riau, masjid ini merupakan warisan dari Kesultanan Siak yang dibangun semasa kekuasaan Sultan Siak ke-12, Sultan Syarif Kasim II. Sehingga masjid ini sering dikenal masyarakat dengan sebutan Masjid Sultan Siak. Pasa masa kejayaan kesultanan Siak Sri Indrapura Masjid ini menjadi salah satu pusat pengkajian Islam terbesar di Asia Tenggara.

      Seiring  dengan  kian  pesatnya  perkembangan  teknologi  informasi  dan  komunikasi,  arus globalisasi juga semakin  menyebar  ke  segenap  penjuru  dunia.  Penyebarannya  berlangsung  secara  cepat  dan meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara berkembang  dan miskin  dengan  pertumbuhan  ekonomi  rendah. Begitu juga dalam hal kebudayaan, kebudayaan asing mulai meramba maupun menggeser kebuyaaan lokal yang begitu kental dengan ciri khas bangsa Indonesia di setiap daerahnya seperti budaya melayu yang terdapat di Kabuten Siak yang telah kami kunjungi.
       Karena itu, di era kontemporer  sekarang ini,  tantangan terbesar yang dihadapi budaya lokal adalah mempertahankan   eksistensinya   di  tengah   arus   globalisasi. Disinilah diperlukan Strategi-strategi   yang  jitu  dalam menguatkan daya tahan budaya lokal perlu dirumuskan.
      Budaya  lokal  perlu  memperkuat  daya tahannya  dalam  menghadapi  globalisasi  budaya  asing. Ketidakberdayaan  dalam  menghadapinya  sama  saja  dengan  membiarkan  pelenyapan  atas  sumber identitas lokal yang diawali dengan krisis identitas lokal. Memang, globalisasi harus disikapi dengan bijaksana sebagai hasil positif dari modenisasi yang mendorong masyarakat pada kemajuan. Namun, para pelaku budaya lokal tidak boleh lengah dan terlena karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak  globalisasi  bukanlah  pilihan  tepat,  karena  itu  berarti  menghambat  kemajuan  ilmu pengetahuan  dan teknologi.  Karena  itu, yang dibutuhkan  adalah  strategi  untuk  meningkatkan  daya tahan budaya lokal dalam menghadapinya. Berikut ini adalah beberapa strategi yang mungkin bisa dijalankan.
      Pertama, pembangunan jati diri bangsa. Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya  mengapresiasi pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial,  kekeluargaan dan rasa cinta terhadap bangsa yang semakin memudar. Budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa semakin sulit ditemukan, sementara  itu  budaya   global semakin melekat pada masyarakat bangsa indonesia.  Selama  ini  yang  terjaring  oleh  masyarakat hanyalah gaya hidup yang mengarah pada westernisasi, bukan pola hidup modern. Karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dan diinternalisasikan secara mendalam. Caranya, dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Pendidikan memegang peran penting di sini sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah dasar.
      Kedua, pemahaman falsafah budaya bangsa. Sebagai   tindak   lanjut   pembangunan   jati  diri  bangsa   melalui   revitalisasi   budaya   daerah, pemahaman  atas  falsafah  budaya  lokal  harus  dilakukan.  Langkah  ini  harus  dijalankan  sesegera mungkin ke semua golongan dan semua usia berkelanjutan dengan menggunakan bahasa-bahasa lokal dan nasional yang di dalamnya mengandung nilai-nilai khas lokal yang memperkuat budaya nasional. Karena   itu,  pembenahan   dalam   pembelajaran   bahasa   lokal   dan  bahasa   nasional   mutlak dilakukan. Langkah penting untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan  kualitas pendidik dan pemangku  budaya  secara  berkelanjutan.  Pendidikan  yang  berkompeten  dan  pemangku  budaya  yang menjiwai nilai-nilai budayanya adalah aset penting dalam proses pemahaman falsafah budaya. Pemangku  budaya  tentunya  juga  harus  mengembangkan   kesenian  tradisional.  Penggalakan pentas-pentas  budaya  di berbagai  wilayah  mutlak  dilakukan.  Penjadwalan  rutin  kajian  budaya  dan sarasehan falsafah budaya juga tidak boleh dilupakan. Tetapi, semua itu tidak akan menimbulkan efek meluas tanpa adanya penggalangan jejaring antarpengembang kebudayaan di berbagai daerah. Jejaring itu   juga   harus   diperkuat   oleh   peningkatan   peran   media   cetak,   elektronik   dan   visual   dalam mempromosikan budaya lokal. Dalam melakukan itu, semua pihak harus dilibatkan. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), kelompok masyarakat, pemerhati budaya, akademisi, dan pengusaha harus menyinergikan diri untuk bekerja sama secara konstruktif dalam pengembangan budaya. Mereka yang berjasa besar harus diberikan apresiasi sebagai penghargaan atas dedikasinya.
      Ketiga, Penerbitan Peraturan Daerah. Budaya  lokal  harus  dilindungi  oleh  hukum  yang  mengikat  semua  elemen  masyarakat.  Pada dasarnya, budaya adalah sebuah karya. Di dalamnya ada ide, tradisi, nilai-nilai kultural, dan perilaku yang  memperkaya  aset  kebangsaan.  Tidak  adanya  perlindungan  hukum  dikhawatirkan   membuat budaya lokal mudah tercerabut dari akarnya karena dianggap telah ketinggalan zaman. Karena   itu,  peraturan   daerah   (perda)   harus   diterbitkan.   Peraturan   itu  mengatur   tentang pelestarian  budaya yang harus dilakukan  oleh semua pihak. Kebudayaan  akan tetap lestari jika ada kepedulian  tinggi  dari  masyarakat.  Selama  ini kepedulian  itu belum  tampak  secara  nyata,  padahal ancaman sudah kelihatan dengan jelas.Berkaitan dengan itu, para pengambil keputusan memegang peran sangat penting. Eksekutif dan legislatif  harus bekerja  sama dalam merumuskan  sebuah  perda yang menjamin  kelestarian  budaya. Dalam perda, perlu diatur hak paten bagi karya-karya budaya leluhur agar tidak diklaim oleh negara lain.  Selain  itu, masalah  pendanaan  juga harus  diperhatikan  karena  untuk  merawat  sebuah  budaya tentu membutuhkan anggaran meskipun bukan yang terpenting. Anggaran itulah yang nantinya dimanfaatkan  untuk  bisa  memberi  fasilitas  secara  berkelanjutan  bagi  program-program  pelestarian budaya. Dalam hal ini, pemerintah memegang peran paling besar. Untuk memperkuat daya saing budaya, pemerintah perlu membangun pusat informasi gabungan untuk pertunjukan  seni, pendirian dan pengelolaan  promosi pertunjukan  seni, pengembangan  tenaga ahli  khusus  untuk  membesarkan  anak  yang  berbakat  seni,  menggiatkan  sumbangan  pengusaha  di bidang  seni,  penghargaan  untuk  pertunjukan  seni  budaya,  peningkatan  kegiatan  promosi  tentang produk budaya.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan

Dalam penjelasan  laporan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang perjalanan study tour yakni :
a.       Mahasiswa/mahasiswi mengetahui pentingnya sejarah, dimana kerajaan siak sangat berperan dalam memerdekakan bangsa dan Negara ini.
b.       Menumbuhkan rasa cinta terhadap  kebudayaan lokal setelah tahu bagaimana sulitnya perjuangan  memerdekakan bangsa ini
c.       Dan dari perjalanan ini kami mendapatkan banyak pelajaran sekaligus pengalaman, dimana kami dapat melakukan observasi secara langsung terhadap benda-benda penting dalam sejarah, selain itu dengan adanya perjalanan ini kami dapat menumbuhkan keakraban sesama mahasiswa angkatan 2017. Bukan hanya sesama mahasiwa HI, kami juga dapat menumbuhkan keakraban terhadap mahasiswa dari jurusan yang berbeda. Tentu itu sangat mengesankan bagi kami selaku mahasiswa. Jadi kami tidak hanya mendapatkan ilmu kami juga mendapatkan pengalaman yang sangat  berharga. 
      
2     2. Saran
     Karya wisata ini sangat baik untuk dilaksanakan karena memiliki manfaat yang cukup banyak. Oleh karena itu, kegiatan ini sebaiknya terus diadakan dengan mengunjungi tempat – tempat lain yang ada di Indonesia.

Penyusun dengan segala keterbatasan menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

1 komentar: